salam bagi jiwaku
salam bagi jiwa-jiwa yang teraniaya
segala yang tak tampak dan yang tak sanggup kau rasakan
datang bagai sekawanan burung yang menyergap dalam gelap
apa yang kau tuhankan dalam dirimu yang kalut
yang mengeras ketakutan di dinding ketidaktahuanmu itu?
bacalah, dengan nama tuhanmu!
dan kitab-kitab yang kau hempaskan ke dalam diri
sebelum kata-kata menjadi ajal
bagi doa-doa kepayang di urat lehermu
bacalah! sebelum darah mereka yang kau nistakan
menjadi anggur yang memabukkan di altar yang damai,
ladang dan kebun selayang pandang yang menyekap masa kanakmu
bagai katak yang berjalan dalam kabut
dan keyakinan yang berkembang menjadi absurd!
dalam hukum untung malang yang kau tetapkan
berlaku bagai seorang penafsir kitab suci
dengan tangan gemetar mengeja ayat-ayat
yang menajak jalan sempitmu ke rumah tuhan
ke rumah tuhan? Tahukah kau, di mana tuhan kau rumahkan?
di ladang dan kebun daun-daun yang dimakan ulat
tuhan terusir bersama hama dan pagi yang celaka
sedang matahari tak memberkahi ingatan pada malam
salam bagi jiwamu
salam bagi jiwa-jiwa yang tersekap di antara siang dan malam
Burung-Burung Api
setelah ilmu, mulailah nyanyian burung
membuat pengetahuan menjadi sarang tamasya
bagi kata-kata dan imajinasi
setelah kitab menerangkan apa yang telah kau padamkan
menyalalah mata burung pengintai ke lembah-lembah
membangun taman-taman api
bagi kematian bintang-bintang
sebelum ilmu, kata-kata hanya gandum, anggur, sayuran
dan berhala-berhala yang tak tahu apakah kau manusia
atau patung-patung samiri yang merayap mencari unggunan api
bagi kekekalan tanah lempung di bawah langit yang rendah
itu hutan kegelapan yang tak kuasa menyentuh kaki kita, katamu
menunjuk langit dan mengingkari cahaya bintang-bintang
sebagai sihir, hanya pesona yang pandir
“tanah berpijak ini tak kuasa merengkuh kekagumannya
pada tubuh kita yang gagah, molek dan berpengetahuan
penakluk langit dan bumi
tak ada surga dan neraka
itu hanya kata-kata orang yang takut pada kegelapan
dan bumi tak hendak jadi surga
jika kau nyatakan keadilan menjadi penguasa jalan dan kata-kata”
dengan kesantunan dan ilmu kau menduga-duga
maka tiadalah qalbu tiadalah amalan ilmu
di pikiran dan etika pengetahuanmu
aku tak memandang langit dan bumi dengan mata
sebagaimana mataku membedakan warna-warna
karena pikiranku pun tak meraba
sebagaimana jari-jari si buta meraba hurup-hurup braille
aku tidak menjadikan pikiranku hanya sebatas marka jalan
hanya sebagai trotoar
setelah ilmu merentangkan garis lintang
sepanjang peta tubuh
sejauh jalan-jalan rahasia ke ladang
dan kebun-kebun anggurmu
di manakah asal garis dan kata?
di mana sang penulis yang kau hapus namanya?
lalu seperti angsa yang anggun dengan sayap curian
kau bangun menara-menara mimpi menembus langit
+tempat sayap-sayap rapuhmu hinggap menghalau sinar matahari
maka berkicaulah burung-burung api:
“dari sayap-sayap kami yang anggun dan perkasa
sinar kehidupan ini terbit dan menyinari bumi
maka kamilah yang paling berhak
menjadikannya apa pun yang kami kehendaki”
jika kau ingin cahaya di langit padam
nyalakan cahaya di bumi
dan kunang-kunang benderang di bumi yang padam
karena Tuhanku
Ar Rahman
Ar Rahiim
tidak memberikanku kesantunan dan ilmu
ia berikan kebijaksanaan dan ilmuNya
bagi hasrat dan kehendakku