DONASI

Ketidaktundukan Sebagai Keutamaan

Puisi-puisi ini diterjemahkan oleh Katrin Bandel, seorang kritikus sastra dan penulis buku. Menyelesaikan doktor dalam bidang Sastra Indonesia di Universitas Hamburg, Jerman. Tulisannya telah dipublikasikan...

PUISI | SUNDAY, 7 JANUARY 2024 | 16:54 WIB

Puisi-puisi ini diterjemahkan oleh Katrin Bandel, seorang kritikus sastra dan penulis buku. Menyelesaikan doktor dalam bidang Sastra Indonesia di Universitas Hamburg, Jerman. Tulisannya telah dipublikasikan dalam berbagai media di Indonesia. Saat ini menetap di Yogyakarta dan mengajar program magister (S2) Ilmu Religi dan Budaya, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Puisi ini diterjemahkan dan disebarkan untuk tujuan pendidikan (non-commercial use).

Ketidaktundukan Sebagai Keutamaan 


Kami adalah yang tidak tunduk
pandanglah kami dan berputus asalah
sebab kami bertahan melewati batas sejarah, waktu, dan memori
kami selalu ada.

Kami adalah kehausan tak terpuaskan akan keadilan
tubuh-tubuh tidak terbengkokkan
lidah yang tak bisa dikekang
dan mata yang tak akan pernah terbutakan.

Kami adalah anak tangga yang membuatmu tersandung di malam hari
mimpi buruk yang membangunkanmu tapi gagal kau ingat
gumpalan di bawah bukit bergulir
yang mengingatkanmu akan apa yang dikuburkan di situ.

Kami adalah yang tidak tunduk.
Kami bersaksi dan memberi kesaksian.
Kami tetap mencintai di tengah kebohongan kalian, 
yang menganggap kami tak berharga
Kami bertahan meski disuruh bersembunyi.

Ya, kami adalah yang tidak tunduk
yang menolak mati
sebab tubuh tanpa penghormatan terakhir
tak akan pernah diam di kuburnya
kami adalah hantu mereka yang tak pernah dikabung
dan ruh mereka yang tak pernah ditangisi.

Kami adalah pengkhianat pertama terhadap tiran yang tak kenal lelah
Kami adalah Muhammad
Kami adalah Malcolm
Kami adalah Musa dan Assata
Kami Toussaint dan Bhashani
Kami Rosa dan Rabbani
Kami adalah yang tidak tunduk.

Pengungkap kebenaran dengan lidah berapi
Pencari ilmu yang membuatmu murka
Mulut-mulut yang selalu basah dengan doa tulus.
Kami adalah jantung yang berdebar demi kebenaran
bukan seperti burung yang mengibaskan sayapnya di dalam sangkar
tapi seperti bumi dalam goncangan terakhirnya
seperti gunung yang hancur menjadi debu
Kami membongkar, menumbangkan, membuka yang tersembunyi.

Kami adalah yang tidak tunduk
dan kami datang bukan untuk menuntut apa yang menjadi milikmu
tapi untuk menuntut apa yang, sudah sejak dulu, 
menjadi milik kami sendiri: kemanusiaan kami.
Tapi bukan—sejatinya kami bukan menuntut
sebab kemanusiaan itu sudah senantiasa ada pada kami
dan maklumat kami akan hal itu
adalah penistaan yang kalian jadikan dalih untuk membakar kami.

Tapi ada alasan mengapa bermain api itu berbahaya
sebab lidah api tak akan terikat hanya pada kehendakmu
kalau kalian bakar tubuh-tubuh kami di pagi hari
api akan menjilat tumit kalian sendiri di malam hari sesudahnya.

Maka, apa kalian merasa aman?
Kalau kami terikat bukan oleh hukum, tapi oleh keadilan?
Setia bukan pada tanda pena di atas kertas, tapi pada kebenaran?

Kami tidak tertaklukkan dan tidak bisa diatur
sebab kalian bebas saja mengambil apa yang kalian kehendaki
kalau apa yang kalian kehendaki memang hanya itu, yaitu mengambil.
Kami adalah ketakutan terbesarmu: kami tak kenal takut
dan tak kenal setia bahkan pada nyawa kami sendiri sekalipun.
Maka tidak ada kesempatan tawar-menawar
sebab disrupsi adalah satu-satunya keamanan kami
di dunia ini, yang beranggapan bahwa
cara menjamin keamanan adalah dengan menindas kami
- atas dasar apa otoritas semacam itu minta dipatuhi?

Tidak; kami adalah yang tidak tunduk
yang menolak untuk tahu diri
kami tidak terpecahkan, fakir, dan kuat
kami adalah Kami
sebuah kesatuan, sebuah komunitas,
sebuah asas, melampaui sekadar lokasi.

Kami adalah yang tidak tunduk.
Kami berterus-terang mengungkap ketelanjangan sang raja
dan tidak berlutut di hadapan ratu
kami menghancurkan berhala
menentang Firaun
membolak-balikkan susunan dunia
kami tidak akan menjual jiwa kami hanya untuk diabadikan di aula suci
kami tidak bisa dicegah bergerak.

Kami adalah yang tidak tunduk
kami melampaui batas
tumpah dan angkat bicara.
Kami tidak terkotakkan, tak bisa dimanfaatkan, tak terpahami
tidak menyenangkan
tidak berkompromi.

Wahai para Firaun Ozymandias dunia ini
sungguhkah kalian mengira kalian raja dari segala raja?

Betapa cepatnya kalian lupa.
Tak ada yang bertahan melewati pudarnya matahari di waktu maghrib
selain cahaya kebenaran.



Menjadi Besar

1.
apa artinya hidup aman?
apa artinya merasa benar-benar aman?
sensasinya seperti apa di tubuh kita?

apakah artinya bebas berjalan tanpa tujuan di tengah malam?
apakah artinya bebas berjalan tanpa tujuan di siang hari?
apakah artinya duduk dengan kaki dibuka lebar di kereta api?

bagaimana rasanya menjadi begitu besar hingga kita aman?
bagaimana rasanya menjadi gelap dan besar dan aman?
hadir dalam kebesaran
mengambil ruang

menjadi besar melampaui nama-nama 
yang ditinggalkan laki-laki untuk kita
cukup besar hingga orang kulit putih 
tak menghancurkan nama-nama itu dalam mulut mereka

menjadi besar melampaui perbatasan
tumpah ruah di laut di tanah di laut
terlalu besar untuk penjara
terlalu besar untuk tahanan
begitu besar hingga peluru terpental
begitu besar hingga mereka tak bisa mendeportasi kita
terlalu besar untuk bencana alam
puting beliung dan tsunami

besar seperti superpower
besar seperti buldoser penggusur yang datang 
untuk mendobrak pintu rumahmu
besar seperti menutup pintu bagi polisi anti huru-hara
besar seperti mimpi anak kecil

cukup besar untuk membalikkan arah orbit bumi
cukup besar untuk menggeser pegunungan kembali ke bawah laut
begitu besar hingga tak pernah ada yang mencuri tanah dari kita
begitu besar hingga kita tak memikirkan tanah sebagai milik kita

begitu besar hingga kita menjadi tanah itu
tanah itu adalah kita
dan tak ada tanah atau kita yang ada hanya kau dan aku 
dan kita dan kita dan kita
begitu besar hingga aku adalah kau
hingga aku tak bisa menyakitimu karena sakitmu adalah sakitku

begitu besar hingga kita diterima
begitu besar hingga kita menjadi penerimaan itu sendiri
begitu besar hingga mereka tak bisa mereduksi kita 
menjadi di sini atau di sana atau di-antara

begitu besar hingga kita tak tenggelam kali ini

begitu besar hingga kita diam tanpa bergerak

begitu besar hingga mereka tak bisa mengusir kita
hingga tak ada dalamnya atau luarnya, hanya ada bulat dan bulat dan bulat
begitu besar hingga kita menjadi sebuah semesta
begitu besar hingga kita berarti

begitu besar hingga saat kita menangis dunia ini berakhir

begitu besar hingga saat kita menangis dunia ini berakhir


2.
tapi bagaimana dengan besar yang justru keterlaluan?
besar seperti kalau satu-satunya cara aku tahu kau besar 
adalah karena ada orang lain yang tetap kecil
besar seperti membuat orang lain merasa kecil

besar seperti tidak adil
seperti ekspansi berlebihan
seperti itu sebetulnya ruang milik orang lain

besar seperti imperium
seperti penjajahan
seperti bahaya

seperti bunga mekar yang bukan bunga tapi pohon
bukan pohon tapi hutan
bukan hutan tapi api yang membakar hutan
besar seperti api yang menjalar turun dari gunung

besar seperti gunung yang hancur menjadi debu
seperti yaumul qiyamah
seperti kebinasaan

seperti dia tak bisa bernapas, berhentilah, 
dia tak bisa bernapas, apa kau tak lihat dia tak bisa bernapas -

besar seperti anak laki-laki besar
anak laki-laki besar tidak menangis
anak laki-laki besar menyakiti dan menyakiti dan menyakiti

besar seperti kekerasan
bukan kata itu, tapi apa yang digambarkannya
bukan waktu yang dihabiskan peluru 
dari saat meninggalkan bedil sampai menembus lehermu
tapi besar seperti waktu yang dibutuhkan untuk mencerna

besar seperti duka
seperti genosida
seperti memotong pembicaraan kita
seperti menghapus kita
seperti tak ada yang mendengarkan
seperti kau sekadar dianggap suara latar belakang 

3.
tapi mengapa kita takut menjadi kecil?
kita ingin menjadi begitu besar begitu besar 
begitu besar begitu besar begitu besar 
mengapa kita takut menjadi tak berarti?
takut tak punya pengaruh?
menjadi begitu kecil hingga kita tak dilihat
menjadi begitu kecil hingga kita perlu saling mengandalkan
begitu kecil hingga seorang diri kita bukan apa-apa

mengapa kita takut menjadi bukan apa-apa?

Catatan: Judul puisi pertama diambil dari buku Asim Qureshi dengan judul yang sama, A Virtue of Disobedience. Nama-nama yang disebut dalam puisi ini merujuk pada: Nabi Muhammad (saw), Malcolm X, Nabi Musa (as), Assata Shakur (seorang revolusioner kulit hitam), Toussaint Louverture (pemimpin revolusi Haiti), Maulana Bhashani (pemimpin gerakan resistensi anti-kolonial di wilayah yang sekarang menjadi negara Bangladesh), Rosa Parks (aktivis kulit hitam), Mohammed Rabbani (aktivis dan pemimpin).

Ilustrasi: David and Goliat, safialatif.com

873

Suhaiymah Manzoor-Khan

Suhaiymah Manzoor-Khan merupakan penulis Inggris keturunan Pakistan. Karya-karyanya banyak mempersoalkan relasi kuasa global, islamofobia, serta permasalahan gender dalam konteks pascakolonial, dengan warna spiritualitas Islam yang kental. Ia menempuh pendidikan S1 di bidang sejarah di Cambridge University dan S2 di bidang Kajian Pascakolonial di School of Oriental and African Studies (SOAS), University of London. Kedua puisi yang diterjemahkan ini diambil dari bukunya Postcolonial Banter (2019).

Comments are closed.