DONASI

Sungai Amandit: Puisi Y.S. Agus Suseno

Di Mana Kau, Ibnu Hajar? Di mana kau, Ibnu Hadjar? Firasatmu benar Hampir tak tersisa lagi Tanah Banjar Tanah Bumi Antasari telah dibongkar Hasil alamnya...

PUISI | SUNDAY, 7 NOVEMBER 2021 | 19:46 WIB

Di Mana Kau, Ibnu Hajar?

Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Firasatmu benar
Hampir tak tersisa lagi Tanah Banjar
Tanah Bumi Antasari telah dibongkar
Hasil alamnya dikuras bajingan celaka
Lebih rakus daripada Belanda
 
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Pilihanmu yang berbeda dengan Hassan Basry benar
Hassan Basry telah dipecundangi
Tak bisa jadi gubernur di tanah sendiri
Gelar pahlawannya hiburan semata
Bagi anak cucu hampir tak berguna
Semua diatur Jakarta
Seperti dahulu Tanah Banjar diatur Batavia

 

Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Kau lihat Pegunungan Meratus dikeruk
Pertambangan batu bara kemaruk
Minyak bumi dan gas alam dikuras
Bumi Antasari tinggal ampas
Perkebunan kelapa sawit yang terkini
Anak cucumu gigit jari
Mengutuk derita dan nestapa
Tak ada yang peduli mereka
 
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Anak cucumu kini banci
Tak punya semangat perlawanan lagi
Mereka telah dikebiri
Mulut, kaki dan tangannya dikunci
Bukan oleh gari dan terali besi
Tapi rasa takut dan tak peduli

 

Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Anak cucumu yang khianat dan ingkar harus dihajar!

 

Sungai Amandit dan Kehilangan

adakah yang lebih pahit
dari kenangan Sungai Amandit?

 

Durian Rabung
Padang Batung
cinta tak berujung  
dara di hilir kampung

 

tiap pagi disapunya halaman rumah
senyumnya malu-malu dan ramah
tanpa tegur sapa
saling mengangguk dari kejauhan saja
tapi senyum itu
pipi ranum merah jambu

 

itu akhir abad lalu
saat jiwa ragu
apa makna rindu
aku tak tahu

 

Sungai Amandit dihimpit waktu
kini air keruh datang dari hulu
dari pengumpul pasir dan batu
tambang batu bara di Pegunungan Meratus itu
 
di mana kau, dara Durian Rabung?
semoga hidupmu beruntung
waktu berjalan tak terasa
perlahan kita menua
bayang wajahmu tak pernah pahit
sebening air Sungai Amandit

 

ada yang lebih pahit dari kenangan
Sungai Amandit dan kehilangan 

 

Tanah Para Datu

 
di tanah para Datu masa lalu akan kautemukan
lembah, rawa dan sungai bersentuhan
Pegunungan Meratus membentang
di bawahnya kota-kota berkembang
 
tak seperti akar tunjang
di kota-kota tumbuh ilalang
liar dan jalang
marwah para Datu menyangganya
memberi isyarat dan pertanda

 

 
di Tanah Banjar lama
gunung, lembah, rawa dan sungai tak berjarak
hutan dan pepohonan tegak
jernih air sungai, lembah dan ngarai
indah tak tepermanai
 
di lingkar ruang waktu dan cuaca
tanah para Datu berubah warna
Datu Kalampayan
Datu Taniran
Datu Abulung
Datu Sanggul
Tanah Banjar yang masygul
 
tanah para Datu tak habis perih
gunung, lembah, rawa dan sungai sedih
jiwanya tak ada
dirampok bajingan celaka

 

Tanah Banjar masa lalu lenyap di abad merdeka
jejaknya sirna
di makam para Datu
bunga rampai layu

 

Emas Hitam di Pengunungan Meratus

Baiklah
Tampaknya kau memang tak tahu
Tak peduli
Cacing tanah diminta pepohonan
Untuk menunjang kehidupan

 

Sebelum tumbuh besar
Sebelum terbit fajar
Kehidupan bermula
Burung-burung bersarang di dahan
Induknya mengerami telur
Untuk masa depan yang luas
Saat telur menetas
 
Kelelawar bergelantungan
Memakan buah-buahan
Biji-bijian disebarkan
Serbuk sari berterbangan
Biji buah jatuh ke tanah
Pepohonan bertambah

 

Kau mungkin tak tahu
Tak mau tahu
Cacing menyuburkan tanah
Air hujan disaring
Mengalir di sepanjang tebing
Terus mengalir ke sungai
Menuruni lembah dan ngarai
Jadi air minum di rumahmu
Kau reguk bersama anak cucu

 

Cacing tanah yang menopang pepohonan
Akan lenyap di Pegunungan Meratus
Pegunungan Meratus akan tandus
Saat bom, eskavator dan buldozer menggerus
Batu bara adalah emas hitam
Bagi para jahanam

 

Sajak

apakah sajak?
sajak adalah suara lirih
tak selalu perih
seperti buih
 
sajak ada di redup cahaya
di hangat air mata
di mata penuh cinta
di gubuk derita
di dada orang-orang luka

 

mustahil sajak dalam kemunafikan
mustahil sajak di bawah tekanan
mustahil sajak dibelenggu kekuasaan
mustahil sajak tanpa kemerdekaan

 

mustahil sajak dalam hubungan
antara hamba dan tuan
tanpa kejujuran dan keadilan

 

mustahil sajak ada
pada pendusta dan pura-pura
serigala berbulu domba
 
sajak adalah rumput lemah
cacing keluar dari tanah
menggeliat seketika
kaki menginjaknya

 

apakah sajak?
sajak adalah kata bersayap kupu-kupu
meluluhkan hatimu yang beku

 

Sajak Cinta

Pada Suatu Masa

pada suatu masa
kuingin kau ziarahi kuburku yang sederhana

 

mengenang masa lalu kita semasa
hidup dalam cinta yang bahagia

 

taburilah kuburku bunga rampai
tanda cinta yang tak tepermanai 

 

di batu nisanku yang dingin
bacakanlah Surah Yaasin
tak perlu air mata
segalanya telah kita lalui bersama

 

cinta dan kehilangan adalah satu bagian
hidup tanpa cinta bukanlah kehidupan
 
pada suatu masa
kuingin kita kembali bersama
setia menunggu di alam baka
 
kita berdampingan dikubur
berpelukan dalam tidur
 

 

 

 

1411

Y.S. Agus Suseno

Y.S. Agus Suseno, lahir di Banjarmasin, 23 Agustus 1964. Puisi, cerpen dan esainya terbit di surat kabar Dinamika Berita, Media Masyarakat, Banjarmasin Post, Merdeka, Berita Buana, Suara Karya, Kompas dan lain-lain. Naskah drama dan monolognya dipentaskan dalam sejumlah peristiwa budaya. Manuskrip puisi "abadi"-nya adalah "Di Bawah Langit Beku". Ia aktif dalam gerakan #savemeratus, dan terutama bersuara keras melalui puisi-puisi yang ia tulis dan bacakan di pelbagai kesempatan.

Comments are closed.