Di Mana Kau, Ibnu Hajar?
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Firasatmu benar
Hampir tak tersisa lagi Tanah Banjar
Tanah Bumi Antasari telah dibongkar
Hasil alamnya dikuras bajingan celaka
Lebih rakus daripada Belanda
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Pilihanmu yang berbeda dengan Hassan Basry benar
Hassan Basry telah dipecundangi
Tak bisa jadi gubernur di tanah sendiri
Gelar pahlawannya hiburan semata
Bagi anak cucu hampir tak berguna
Semua diatur Jakarta
Seperti dahulu Tanah Banjar diatur Batavia
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Kau lihat Pegunungan Meratus dikeruk
Pertambangan batu bara kemaruk
Minyak bumi dan gas alam dikuras
Bumi Antasari tinggal ampas
Perkebunan kelapa sawit yang terkini
Anak cucumu gigit jari
Mengutuk derita dan nestapa
Tak ada yang peduli mereka
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Anak cucumu kini banci
Tak punya semangat perlawanan lagi
Mereka telah dikebiri
Mulut, kaki dan tangannya dikunci
Bukan oleh gari dan terali besi
Tapi rasa takut dan tak peduli
Di mana kau, Ibnu Hadjar?
Anak cucumu yang khianat dan ingkar harus dihajar!
Sungai Amandit dan Kehilangan
adakah yang lebih pahit
dari kenangan Sungai Amandit?
Durian Rabung
Padang Batung
cinta tak berujung
dara di hilir kampung
tiap pagi disapunya halaman rumah
senyumnya malu-malu dan ramah
tanpa tegur sapa
saling mengangguk dari kejauhan saja
tapi senyum itu
pipi ranum merah jambu
itu akhir abad lalu
saat jiwa ragu
apa makna rindu
aku tak tahu
Sungai Amandit dihimpit waktu
kini air keruh datang dari hulu
dari pengumpul pasir dan batu
tambang batu bara di Pegunungan Meratus itu
di mana kau, dara Durian Rabung?
semoga hidupmu beruntung
waktu berjalan tak terasa
perlahan kita menua
bayang wajahmu tak pernah pahit
sebening air Sungai Amandit
ada yang lebih pahit dari kenangan
Sungai Amandit dan kehilangan
Tanah Para Datu
di tanah para Datu masa lalu akan kautemukan
lembah, rawa dan sungai bersentuhan
Pegunungan Meratus membentang
di bawahnya kota-kota berkembang
tak seperti akar tunjang
di kota-kota tumbuh ilalang
liar dan jalang
marwah para Datu menyangganya
memberi isyarat dan pertanda
di Tanah Banjar lama
gunung, lembah, rawa dan sungai tak berjarak
hutan dan pepohonan tegak
jernih air sungai, lembah dan ngarai
indah tak tepermanai
di lingkar ruang waktu dan cuaca
tanah para Datu berubah warna
Datu Kalampayan
Datu Taniran
Datu Abulung
Datu Sanggul
Tanah Banjar yang masygul
tanah para Datu tak habis perih
gunung, lembah, rawa dan sungai sedih
jiwanya tak ada
dirampok bajingan celaka
Tanah Banjar masa lalu lenyap di abad merdeka
jejaknya sirna
di makam para Datu
bunga rampai layu
Emas Hitam di Pengunungan Meratus
Baiklah
Tampaknya kau memang tak tahu
Tak peduli
Cacing tanah diminta pepohonan
Untuk menunjang kehidupan
Sebelum tumbuh besar
Sebelum terbit fajar
Kehidupan bermula
Burung-burung bersarang di dahan
Induknya mengerami telur
Untuk masa depan yang luas
Saat telur menetas
Kelelawar bergelantungan
Memakan buah-buahan
Biji-bijian disebarkan
Serbuk sari berterbangan
Biji buah jatuh ke tanah
Pepohonan bertambah
Kau mungkin tak tahu
Tak mau tahu
Cacing menyuburkan tanah
Air hujan disaring
Mengalir di sepanjang tebing
Terus mengalir ke sungai
Menuruni lembah dan ngarai
Jadi air minum di rumahmu
Kau reguk bersama anak cucu
Cacing tanah yang menopang pepohonan
Akan lenyap di Pegunungan Meratus
Pegunungan Meratus akan tandus
Saat bom, eskavator dan buldozer menggerus
Batu bara adalah emas hitam
Bagi para jahanam
Sajak
apakah sajak?
sajak adalah suara lirih
tak selalu perih
seperti buih
sajak ada di redup cahaya
di hangat air mata
di mata penuh cinta
di gubuk derita
di dada orang-orang luka
mustahil sajak dalam kemunafikan
mustahil sajak di bawah tekanan
mustahil sajak dibelenggu kekuasaan
mustahil sajak tanpa kemerdekaan
mustahil sajak dalam hubungan
antara hamba dan tuan
tanpa kejujuran dan keadilan
mustahil sajak ada
pada pendusta dan pura-pura
serigala berbulu domba
sajak adalah rumput lemah
cacing keluar dari tanah
menggeliat seketika
kaki menginjaknya
apakah sajak?
sajak adalah kata bersayap kupu-kupu
meluluhkan hatimu yang beku
Sajak Cinta
Pada Suatu Masa
pada suatu masa
kuingin kau ziarahi kuburku yang sederhana
mengenang masa lalu kita semasa
hidup dalam cinta yang bahagia
taburilah kuburku bunga rampai
tanda cinta yang tak tepermanai
di batu nisanku yang dingin
bacakanlah Surah Yaasin
tak perlu air mata
segalanya telah kita lalui bersama
cinta dan kehilangan adalah satu bagian
hidup tanpa cinta bukanlah kehidupan
pada suatu masa
kuingin kita kembali bersama
setia menunggu di alam baka
kita berdampingan dikubur
berpelukan dalam tidur