NARCISSUS
Setiap kali kupandangi diri ini
dalam air bak di kamar mandi
atau cermin retak di kamarku sendiri
Tak juga kutemukan wajah Tuan
seperti dalam sebaris pepatah lama
yang ditulis pada pelepah kurma:
“Siapa mengenal dirinya,
ia akan mengenal Tuannya.”
Puluhan tahun telah kukenali diriku sendiri
dengan sangat baik: guratan hitam usia
pada kening dan kelopak mata,
suara-suara bergejolak di palung jiwa,
terpantul sempurna
serupa lolongan anjing tetangga yang lapar.
Semakin kupandangi lagi wajah dan tubuhku
dengan penuh rasa khidmat
dalam air bak di kamar mandi
atau cermin retak di kamarku sendiri
semakin tak kutemukan wajah Tuan
yang konon membayang dalam setiap diri manusia
Selain hanya kegelapan terpancar di sana
bernyanyi merdu menatapku
dan berkata: “Siapa menatap kegelapan
dalam dirinya, kegelapan akan menatapnya kembali.”
Aku pun tertawa sepuas-sepuasnya:
“Semua ini hanya dusta, semua ini hanya khayal belaka.”
VIRUS
Bahasa adalah virus
menginfeksi tubuh manusia
bikin lumpuh dan sesak napas
mengelabui sepasang mata
Kau bersusah payah memahaminya
yang telah ada sejak nenek moyang manusia
dan kau menjadi lebih gila
serupa para penyair
terperangkap dalam ruang hampa puisi
karena terlena pada keliaran virus ini
Kau pun tak bisa lepas
dari perangkap jaring-jaringnya
begitu dingin dan mematikan
dan membuatmu semakin jauh
dari nyanyi burung di pagi hari
dari keriangan seorang bocah dalam diri.
2021
PIRINGAN HITAM
Seseorang berkata bumi ini datar
Seorang lain yakin bumi ini bundar
Sementara tak kuserahkan diri ini
untuk percaya
Selain pada piringan hitam
kusam yang berotasi
pada sekeping logam
lagu mengalir ke dalam kalbu
dan tiga batang samsu di meja
makin bikin lupa segalanya:
cicilan motor perbulan
dan utang di warung tak bisa ditahan
2021
HASRAT
Ia selalu memaksaku untuk melakukan sesuatu
Tanpa pernah sempat aku bertanya:
Mengapa harus itu, dan bukan yang ini?
Seringkali aku mengikuti kemauannya
Meski harus membahayakan diri sendiri
Seperti memasuki kandang ular atau gedung terbakar
Aku pernah mengurungnya dalam senyap ruang-waktu
Tapi aku hancur menderita seperti batu dihantam palu
Aku tak pernah memintanya untuk ada
Tapi ia selalu muncul tanpa bisa diduga
Tak seorang pun dapat menghalaunya
Seperti matahari yang mekar di pangkal hari
Sementara kematian menenun jubahku sendiri.
2021
CERMIN
Seekor anjing coklat putih
di antara kedua kakimu,
semakin tua dan letih
Ayah-ibu telah lama pergi
tempat kita bercermin dulu
dari kata-kata mereka yang rapuh
2021
POTRET GADIS KECIL DI GAZA
Di lantai lima, dari reruntuhan kamarnya
ia genggam yang masih tersisa;
boneka panda lusuh dan sepotong rindu pada ummi
sebelum tiga bongkah bom pecah kembali
dan darah menetesi kawat-kawat berduri
Ia selalu mendambakan taman bermain
seumpama syuhada mendamba surga yang dijanjikan
penuh dengan kembang-kembang tanpa nama,
sungai-sungai dan pasir emas,
serta makhluk-makhluk bercahaya
untuk menghapus gelap yang bersenandung di hatinya
Lalu ia pandangi lagi langit biru
di antara puing-puing bebatuan
dan bau karet yang terbakar
Ia pun tak pernah mengerti
mengapa orang-orang dewasa gemar sekali
membangun dan menghancurkan mimpi-mimpinya sendiri
menebar mala saat kotanya sedang berselimut
seperti kutukan penyihir tua dalam dongeng abi.
2021