SEKALA BRAK
: leluhur dan penerus
tanah kudus.
tanah pendosa.
rumah para
pemuja silsilah.
tempat baik
dan jahat
berseteru selama
ribuan tahun.
Tanjung Karang, 2017
GENOM PEMUJA BERHALA
#1
ke hadirat dewadewi dan
sukma orangorang sakti.
ke haribaan para peri
dan mambang yang
bersemayam di batubatu suci
dan pokokpokok keramat.
guci tempat disimpan
abu jasad leluhur.
burungburung malam tempat
bernaung ruh para tetua.
kepada punden berundak,
dolmen dan menhir.
kepada waruga, batu lemo
dan ngaben.
syarat pertama bagi hewan berakal.
kepada batu bertulis dan mantera
pembuka tabir ke alam arwah.
di hadapan kuil dan candi berelief
makhluk kudus aneka rupa.
isyarat pamungkas bagi
homo sapiens berakal.
#2
di antara bangunan mesigit kutemukan shindi,
leluhur perempuanku
berleher jenjang
berlesung pipi
dan berpipi gembil,
menyembah khidmat
pada melasa kepappang.
aku hanyut dalam cahaya asing
menyelubungi dirinya.
bermuara pada suatu kuasa
keramat dan tak berwajah.
pesona itu merambat cepat
bagai aliran listrik.
tak tertahankan.
tak terelakkan.
menyalakan satu demi satu
rangkaian genom purba
dan jejakjejak kuno
pemuja berhala
di sekujur tubuhku.
Teluk Betung, 13 Nopember 2018
SURAT NADYA
aku baikbaik di sini, akan.
telah kuterima seekor kibas
yang kau sembelih
atas namaku.
ia berbulu merah
dan mengembik manja
bila kubelai tengkuknya.
ia berbulu merah
seperti warna partai pilihanmu
pada pemilu lalu.
kunamai ia gajah
seperti nama salah
seorang leluhur kita.
gajah adalah tungganganku
seharihari di surga.
para penghuni surga
kagum padanya.
dari siapa kau dapatkan
kibas lucu dan
menggemaskan ini, cucuku?”
bertanya seorang lelaki
bertubuh gempal berwajah
serupa engkau.
ternyata ia bernama merah dani,
kakek tulutmu sendiri.
akan mengirimnya dari
dunia, turing dalom,
jawabku kepadanya.
akanmu memang pandai
memilih segala hal,
termasuk memilah
wanita paling
cantik di alam dunia.
ia berseru dan tertawa
memamerkan giginya
putih berseri.
aku baikbaik di sini, akan.
jangan kau takut.
jangan kau risau.
kelak bila kau dan mama
kesulitan masuk surga
aku akan menarik
kalian dari sini.
salamku untuk mama.
walau aku tahu kau
tak lagi bersamanya.
Tanjung Karang, 15 Agustus 2021
WASIAT HAJI MUKTI
: Turing Hi. Abdul Mukti bin Tanding Tinggi Raja
#1
sejak tanah di kaki
gunung pesagi ini
masih berwarna darah
aku telah menanam kopi,
lada dan sedikit cengkih.
sejak hewanhewan ajaib
masih menghuni tanah ini
aku telah membabat alas
dan menggelar kebun singkong,
durian dan duku.
aku adalah sisa dari
adab yang telah lenyap.
leluhurku hidup dari
berburu dan meramu,
menaklukkan rimba raya
di sepanjang kaki bukit sawa.
mereka telah menghuni negeri ini
sejak belum beraja.
raja dan ratu datang silih berganti.
kami tak pernah berbakti.
putri kami dipinang sebagai permaisuri.
anak lelaki kami diambil
sebagai semanda.
kami kekal tak perduli.
jiwa merdeka tak silau pada
emas, permata dan
panjipanji kebesaran diraja.
hidup terus berlanjut sebagai
suku pemburu dan pengembara.
#2
pada suatu masa yang jauh,
seorang lelaki perkasa dari
pegunungan nepala membaiat
negeri ini sebagai sekala brak.
datuk moyangku, lelaki pertama
bernama betawang, menyaksikan
dengan berdebardebar
kesudahan perang penaklukkan itu
dari sebuah jarak.
lelaki nepala bersirobok pandang
dengan leluhurku dan melempar senyum.
kita tak pernah
bermusuhan sebelum ini
sehingga tak ada alasan bagi kita
untuk berperang selepas hari ini,
ia berkata seraya mengguncang
tangan betawang yang membalas
simbol perkariban itu
dengan sedikit canggung.
sejak saat itu mereka berbesan
hingga keturunan tak terhingga.
kawinmawin demi
mencegah darah tertumpah.
perjodohan terpaksa agar
tak sempat berbiak dendam.
#3
seperti pagi ini cucu tertuaku,
lelaki muda lulusan
sekolah teknik bandung,
dikawinkan dengan dara ranum
penerus jurai lelaki
yang pandai bertukar rupa.
sebuah perkawinan ajaib.
sebuah persekutuan aneh.
antara cucu buyut pembunuh
dengan cucu buyut mangsanya.
tanpa rangsang
dan haru biru.
tanpa bujuk rayu mudamudi
dibakar api asmara
dan rindu dendam.
bukan pula akibat ulah tukang gendam
atau penyihir amatir upahan
ibu suri istana.
kali ini, seperti telah terjadi berulangkali,
kekuasaan bertindak melampaui
hakikat keberadaan dirinya.
menindas perasaan perjaka dan perawan
yang menolak hidup bersama.
mengusir untuk selamanya
kekasih hati masingmasing
ke dalam almanak masa silam.
amarah dan cinta tak bersyarat
tak pernah terbayar lunas.
menunggak sebagai hutang pada
diri yang dipaksa mencinta.
#4
setelah hari ini aku
telah selesai dengan diriku sendiri.
kekayaanku telah melampaui
segala hak milik para raja
di negeri sakala.
tubuhku telah letih
dimakan usia.
aku tak sanggup lagi
menanam bebuahan
dan sayur mayur.
anak cucuku telah beranak pinak,
menyebar dan hidup menetap.
mereka bukan
suku pemburu dan pengembara
sepertimana para puyang dahulu.
mereka telah menjadi tuan
bagi tanahtanah dan harta
yang dulu tak bertuan.
Tuhan telah memberikan
segalanya untukku.
semua itu tak pernah
terlintas oleh leluhurku,
kaum pemburu dan peramu
pengembara telanjang di atas
tanah bumi sekala brak.
satu wasiatku kepada
anak cucuku di masa depan.
kita berasal dari tanah.
tanah kotor dan hina.
kesombongan adalah seburukburuk
kejahatan yang akan
mengembalikan kita
dalam keadaan hina.
hidup hanya sepeminuman kahwa.
ia hanya menanti
kedatangan sang ajal!
kutulis wasiat ini di kala
anak lelakiku terpilih
sebagai pesirah
dan rakyat jelata
sepertiku berbondongbondong
menjura dan memberi tabik
kepada putra sulungku.
sementara aku memilih
bersujud kepada Tuhanku.
Tanjung Karang, 2 Desember 2019
[1] Tempat pemujaan kepada dewa-dewi bangsa Sekala Brak Hindu Budha
[1] Nama kuno Bukit Barisan.
desain Ilustrasi: Jo Grudy