Zimat dan Rajah
Zimat (Azimat dalam Bahasa Indonesia atau Jimat dalam Bahasa Jawa) adalah segala sesuatu yang memiliki daya magis. Segala sesuatu yang dimaksud dapat berupa tulisan, lukisan, ucapan, gerakan ataupun benda. Sementara rajah mempunyai pengertian lebih sempit yaitu gambaran atau lukisan yang dipercaya mempunyai daya magis tertentu. Dari pengertian ini jelas bahwa pengertian Zimat lebih luas daripada rajah. Rajah termasuk ke dalam golongan zimat.
Zimat dan rajah merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat adat di Indonesia. Zimat dirapalkan mengiringi doa-doa kepada Tuhan dan nenek moyang. Rajah dilukis dengan indah di bagian tubuh manusia atau di atas benda-benda yang diharapkan dapat memberikan tuah tertentu. Berbagai macam zimat dan rajah mempunyai kegunaan mulai dari kesehatan, bayi, ekonomi, sosial, rumah tangga, hingga urusan ranjang. Jika rajah berbentuk gambar yang dipercaya dapat menimbulkan tuah tertentu maka zimat dalam hal ini adalah manual cara pemakaiannya, doa yang dirapalkan untuk mengiringi pemakaian rajah tersebut, bahkan waktu penulisan rajah dapat dikategorikan sebagai zimat.
Jika rajah berbentuk gambar yang dipercaya dapat menimbulkan tuah tertentu maka zimat dalam hal ini adalah manual cara pemakaiannya, doa yang dirapalkan untuk mengiringi pemakaian rajah tersebut, bahkan waktu penulisan rajah dapat dikategorikan sebagai zimat.
Zimat dan Rajah dalam Naskah
Data pembahasan ini adalah tiga buah naskah yang disalin oleh Kamituwa Desa Lebak Ayu, Madiun tahun 1958. Dalam ketiga naskah tersebut terdapat 33 jenis zimat dan rajah. Keterangan penggunaan dan manual penggunaannya disalin ke dalam Bahasa Jawa beraksara gundhil (Arab tanpa tanda baca vocal untuk menulis Bahasa Jawa).
3 zimat dan rajah berkaitan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan antara lain: agar tidak digunjing, agar dikasihi oleh pimpinan, dan untuk mendamaikan orang bertengkar. 6 zimat dan rajah berkaitan dengan kesehatan yaitu untuk menyembuhkan buang air kecil yang tidak berhenti, menyembuhkan flu, agar orang yang melahirkan tidak takut mati, untuk menyembuhkan sakit perut, untuk orang yang susah tidur (insomnia), untuk menyembuhkan batuk parah.

Punika zimat wong anak2 derapun aja kasi wedi mati maka dentulis ana ing kertas nuli denuntal ikilah kang dentulis malem jumuah kliwon
10 zimat dan rajah yang masuk dalam kategori untuk kehidupan rumah tangga ini terbagi lagi menjadi beberapa kategori. Kategori-kategori tersebut adalah (1) zimat rajah untuk mengasuh anak dan (2) zimat rajah untuk hubungan suami istri. Zimat dan rajah untuk mengasuh anak antara lain untuk menenangkan anak jika menangis di malam hari dan agar anak tidak terkena sawan. Sementara yang termasuk kategori zimat dan rajah untuk hubungan suami istri adalah zimat dan rajah agar buah zakar kuat ketika berhubungan badan, agar kedua istri tidak bertengkar (untuk yang beristri dua), agar ketika berhubungan badan terasa nikmat dan istri tidak tertarik dengan laki-laki lain, agar lama keluar mani ketika berhubungan badan, agar suami istri jangan sampai bertengkar, untuk memberi nasehat pada perempuan, zimat dan rajah jika hendak mengasihi perempuan, dan agar dikasihi perempuan.

Punika zimat wong wayuh deranipun aja tukaran kelawan marune maka dentulis ing kertas nuli denselehake ana ing ngisore bantal utawa kasur utawa ing dalem karone insyaAllah ta’ala ikilah rajahe
6 zimat dan rajah termasuk kategori berhubungan dengan motif ekonomi. Zimat dan rajah dengan motif ekonomi tersebut terbagi lagi ke dalam tiga kategori. Kategori yang pertama agar jangan sampai kekurangan rezeki. Zimat dan rajah ini berkaitan dengan perasaan berkecukupan. Kategori yang kedua adalah zimat dan rajah bermotif ekonomi yang berhubungan dengan pertanian. Zimat dan rajah yang berhubungan dengan pertanian tersebut di antaranya berkhasiat untuk mencegah tikus atau belalang atau burung atau kutu agar jangan sampai merusak pertanian, untuk menyembuhkan ternak kerbau atau sapi atau kuda yang terkena penyakit, untuk mencegah hama tanaman, dan agar padi yang disimpan menjadi berkah. Kategori zimat dan rajah bermotif ekonomi yang terakhir adalah yang berhubungan dengan perdagangan, yaitu agar laris dagangannya. Zimat dan rajah yang terakhir ini biasa disebut zimat atau rajah penglarisan.

Punika zimat lamun arep dagang derapun gelis payu maka dentulis ana ing kertas utawa ana ing dagangane utawa ana ing wadhahe olehe nulis ing dalem dina legi utawa kamis legi utawa senin legi insyaAllah ta’ala laris
5 zimat dan rajah dalam naskah ini adalah zimat dan rajah yang bertujuan untuk keamanan. Zimat dan rajah tersebut antara lain agar rumah terhindar dari kebakaran, zimat dan rajah agar pencuri yang masuk ke rumah tidak bisa keluar sampai pagi, dan tiga zimat dan rajah yang dipasang bersamaan untuk mengaburkan pandangan pencuri agar rumah yang hendak dicuri terlihat seperti gunung atau terlihat seperti samudra.

Punika zimat tumbal maling denpendhem ing pedhotan kidul wetan ikilah rupine. Punika tumbal maling denpendhem ing pojokan kidul kulon ngapinga
Parateks atau Jenggot Teks
Oman Fathurahman menyebutkan bahwa parateks adalah catatan-catatan yang diberikan oleh penyalin utama atau penyalin lain yang bukan merupakan teks utama. Catatan-catatan tersebut biasanya terletak di pinggir-pinggir teks, di bagian bawah atau atas teks. Pemberian parateks ada yang berhubungan langsung dengan teks, biasanya sebagai penjelas teks utama atau tidak berhubungan sama sekali dengan teks utama. Dilihat dari etimologinya parateks berarti menyerupai teks, seolah-olah seperti teks, mirip teks. Dalam bahasa yang lebih popular dan merakyat istilah parateks ini di Indonesia sering disebut sebagai jenggot teks atau janggut teks. Penamaan ini didasarkan pada posisi parateks yang biasanya menggantung di bawah teks utama maka disebut janggut atau jenggot.
Untuk mengetahui yang mana teks utama dan yang mana ‘jenggot’nya maka suatu teks dalam naskah harus dibaca keseluruhan. Naskah ini berisi berbagai macam pengetahuan dan doa Agama Islam. Maka teks utama naskah ini adalah pengetahuan dan berbagai doa Agama Islam. Adapun posisi zimat dan rajah dalam keseluruhan naskah ini merupakan ‘jenggot’ teks.
Genette (1997) dalam Rias Antho (2012) menyebutkan bahwa parateks terbagi atas periteks dan epiteks. Periteks merupakan hal-hal yang melekat pada naskah, yang terletak di luar teks, sedangkan epiteks adalah hal-hal di luar naskah yang mendampingi kehadiran teks. Mendampingi teks dalam hal ini adalah ketika sebelum teks disusun maupun setelahnya. Sesuai pendapat di atas maka zimat dan rajah dalam naskah ini merupakan periteks.
Naskah yang dibahas dalam tulisan ini merupakan koleksi pribadi, penyalin naskah sudah meninggal tahun 1990 tetapi ahli waris dan orang-orang yang sempat mengenal penyalin secara pribadi masih hidup. Mengikuti pendapat Genette di atas, selain periteks, naskah ini juga memiliki epiteks berupa kesaksian orang-orang yang pernah mengenal penyalin secara langsung yang berhubungan dengan teks.
Penyalin teks ini bernama Nur Yasin, beliau adalah Kamituwa Desa Lebak Ayu, Kec. Sawahan, Kab. Madiun. Kamituwa secara harfiyah berarti ‘yang dituakan’. Kamituwa merupakan jabatan tradisional sebagai pemimpin dhukuh di bawah lurah yang berlaku seumur hidup. Penyalin meletakkan jabatan sebagai kamituwa seiring kematiannya pada tahun 1990. Menurut kesaksian ahli waris dan istri penyalin semasa hidup penyalin pernah belajar Agama Islam di sebuah pondok di Kudus, Jawa Tengah. Orang tua beliau tewas ditembak oleh Belanda ketika sedang berladang. Kejadian ini membuat penyalin kemudian menyalin sebuah zimat kebal peluru (pager reksa tulak bedhil) yang terdapat dalam naskah.
Dari kesaksian anak-anak beliau, semasa menjabat kamituwa, desa beberapa kali kemasukan pencuri, namun anehnya setelah masuk desa pencuri tersebut tidak dapat keluar dari desa karena merasa melihat jalan keluar desa sangat gelap dan tidak dapat dilewati.
Dari kesaksian anak-anak beliau, semasa menjabat kamituwa, desa beberapa kali kemasukan pencuri, namun anehnya setelah masuk desa pencuri tersebut tidak dapat keluar dari desa karena merasa melihat jalan keluar desa sangat gelap dan tidak dapat dilewati. Pernah juga terjadi seorang pencuri masuk ke dalam rumah tetapi kemudian pencuri tersebut tidak dapat keluar rumah.
“Omah ora ana lawang cendelane, buntu (Rumah tidak ada pintu dan jendelanya).” Kata anak penyalin menirukan ucapan pencuri yang dulu pernah masuk ke rumahnya.
Dalam sudut pandang parateks, semakin panjang dan banyak ‘jenggot’ teks, baik yang merupakan periteks maupun epiteks, semakin kaya sebuah teks. Penelitian semacam ini memang tidak selalu berpusat pada teks tetapi kadang data yang berupa epiteks terdapat di masyarakat, maka dalam penelitian semacam itu diperlukan kerja antropologi di lapangan untuk mengumpulkan jenggot-jenggot tersebut. Data epiteks dalam teks-teks berjenggot banyak terdapat dalam naskah-naskah yang masih tersimpan di masyarakat, menjadi koleksi perorangan yang cara mendapatkannya dari warisan di mana naskah-naskah seperti itu sangat lekat dengan kehidupan masyarakat adat.


Bismillahirahmanirrahim sir osike ati cipta pangangen-angen pasrah dina wekasan, rupane getak lungguhe, huu3x, Bismirahman rahim Bismillah haq dat Allah a’hubi (pusat?) dat kang mutlak hiih kang gaib alingana sing kang gaib birahamati Bismillahirahmanirrahim sinarum permana: bulan pager reksa tulak bedhil Bismillahirahmanirrahim iga menga salebar mingkem kang bungkem kersane Allah Bismillahirahmannirrahim hak sifat asma zi’il ingsun lanang kang sejati densembah para umat kabeh sadulur lima pancer sariyah ariyah mariyah ruman jibril muskaik(?) israfil izrail lah wekdal iki ingsun jaluk permadinen jinade sadulur kang ana kiblat wetan, Syeh Baginda Ali aku jaluk permadinen jinade sadulur kang ana kiblat lor, Syeh Baginda Abu Bakar aku jaluk permadinen jinade sadulur kang ana kiblat kulon, Syeh Baginda Qidir aku jaluk permadinen jinade sadulur kang ana kiblat kidul murtat para wali aku jaluk permadinen jinade. Bismillahirahmanirahim. Puji Allah, puji sukma kang linuwih nur supiyan … (dua baris terakhir belum terbaca)
Assalam mu’alaikum wr. wb.
Sumber:
Ghis Nggar. Zimat dan Rajah dalam Catatan Pengikut Tarekat Naqsabandiyah di Madiun Pertengahan Abad ke 20. Artikel dalam Jurnal Manuskripta. Volume 8 nomor 1 tahun 2018.
Rias Antho Rahmi Suharjo. Analisis Paratekstual terhadap Hikayat Arjuna karya Muhammad Subakir. Tesis Ilmu Sastra (S2), Fakultas Ilmu Budaya, UGM, 2012.
Seri Diskusi Naskah Nusantara: Parateks dalam Studi Naskah Nusantara oleh Oman Fathurahman (https://www.youtube.com/watch?v=F1d12SEC-7E).