Perihal “Jawa-Islam di Masa Kolonial”| Nancy K. Florida

Bulan Desember lalu saya mendapat email dari orang yang saya kenal semata dari tulisannya, yaitu Sdr. Irfan Afifi, dengan tawaran agar kumpulan artikel ini diterbitkan dalam bahasa Indonesia.  Lampiran pada email tersebut terdiri dari terjemahan awalnya Irfan. Tawaran ini pasti saya terima dengan senang hati, oleh karena sejak dulu pembaca yang saya bayangkan ketika saya menulis adalah orang Indonesia. Akhirnya mungkin bayangan saya itu bisa menjadi nyata.

Artikel-artikel ini diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris sejak tahun 1987 sampai dengan bulan Desember tahun lalu (2019): jadi rentang waktu lebih dari tiga puluh tahun. Semua artikel ini berdasarkan naskah-naskah bahasa Jawa yang telah saya pelajari mulai sejak tahun 1970an di Surakarta. Dari awal saya jatuh cinta dengan karya sastra Jawa dan sampai sekarangpun masih begitu. Dari awal saya juga khususnya terpesona dengan karya yang mengajak kita untuk mempertanyakan pendapat atas sastra Jawa yang telah membeku dan untuk memperlihatkan karya yang membuka kepada pengertian baru –yang hidup– atas masa lalu, masa kini, dan masa depan Indonesia. Dan juga, harus saya akui, bahwa karya yang beraroma Sufi yang paling menarik hati saya dan jejak dari pembacaannya tetap tertulis di hati saya.

Dan juga, harus saya akui, bahwa karya yang beraroma Sufi yang paling menarik hati saya dan jejak dari pembacaannya tetap tertulis di hati saya.

Maka kumpulan artikel ini saya maksudkan sebagai sumbangan saya kepada wacana sastra, Islam, dan Jawa. Semoga sumbangan saya ini dapat menjadi semacam undangan kepada manusia Indonesia, khususnya manusia Jawa, untuk meneruskan usaha awal saya ini dengan menggali dengan sungguh-sungguh, sumber manuskrip dan pikiran Jawa dari masa dulu. Saya rasa kalau dibaca dan dirasakan dengan serius, sumber ini bisa melahirkan gagasan yang baru dan mencerahkan bagi hari depan kita semua. Dan hasil galian orang Indonesia sendiri atas sumber-sumber ini juga bisa menjadi sumbangan yang berarti kepada dunia Islam yang lebih luas.

Saya rasa kalau dibaca dan dirasakan dengan serius, sumber ini bisa melahirkan gagasan yang baru dan mencerahkan bagi hari depan kita semua. Dan hasil galian orang Indonesia sendiri atas sumber-sumber ini juga bisa menjadi sumbangan yang berarti kepada dunia Islam yang lebih luas.

Sekata dua patah kata atas proses penulisan kembali saya atas artikel saya sendiri: kerja kerasnya Sdr. Irfan dalam membuat terjemahan awal menjadi dasar kuat, yang di atasnya saya “menggubahnya kembali” supaya lebih terdengar seperti suara saya sendiri dan juga saya tambahkan di sana-sini sekaligus koreksi kesalahan-kesalahan yang saya temukan di dalam artikel aslinya. Namun pasti masih ada kesalahan dalam naskah ini; dan atas semua kesalahan dan kekurangan itu saya mohon maaf sebesar-besarnya.

Cukup banyak kutipan dari puisi Jawa di dalam tulisan saya di dalam kumpulan ini. Terjemahan saya dari tembang Jawa ke bahasa Inggris dalam artikel asli, saya buang semua. Lebih enak, saya rasa, langsung dari Bahasa Jawa ke Indonesia. Kalau bahasa Jawanya padat, saya mencoba untuk mengulang kepadatan itu dalam bahasa Indonesia saya. Dan kalau yang ada di dalam bahasa Jawa ambigu atau “pakai semu,” saya sebisanya mencoba untuk mengutarakan ambiguitas itu di gubahan saya dalam bahasa Indonesia.

Akhirnya, saya ingin mengungkapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Sdr. Irfan Afifi dan Penerbit Buku Langgar, juga kepada semua teman saya di Indonesia yang pernah saya cintai dan yang masih saya sayangi.

 

Nancy K. Florida, Universitas Michigan, Februari 2020


Catatan:

Tulisan ini diambil dari pengantar penulis di buku yang baru saja terbit tanggal 15 Juli 2020, Nancy K. Florida, “Jawa-Islam di Masa Kolonial: Suluk, Santri, dan Pujangga Jawa,” Buku Langgar, Yogyakarta, Juli 2020. Buku Langgar, 2020, 14x21cm, 278 Hlm.

Pesan Buku Kontak No WA: 081229303896 (doel)

Nancy K. Florida
seorang peneliti naskah-naskah kuno Jawa. Saat ini merupakan Profesor untuk Bahasa dan Sastra Indonesia di Michigan University di Ann Arbor, Amerika Serikat. Tahun 1980, melalui pendanaan National Endowment for Humanity (lembaga PBB), Nancy melakukan pekerjaan yang luar biasa yaitu mendokumentasikan naskah-naskah Jawa kuno yang ada di tiga pusat arsip Kerajaan Jawa: (1) Keraton Kasunanan Surakarta, (2) Istana Mangkunegaran, dan (3) Perpustakaan Radya Pustaka, di Solo. Pekerjaan ini bisa disebut pekerjaan "gila". Hampir tiga perempat juta halaman manuskrip, ia baca dan dokumentasikan. Atas jasanya ia diberi gelar ningrat dari Keraton Surakarta dengan nama Kanjeng Mas Ayu Tumenggung (KMAT) Budayaningtyas. Nancy tercatat sebagai orang Barat pertama yang menerima gelar ningrat tersebut.